Madrasah Berstandar Internasional

|

Pertengahan tahun ini, akan dibangun madrasah berstandar internasional (MBI) pada 12 tempat di Indonesia. Tidak kurang dari Rp 150 miliar dianggarkan oleh Kementerian Agama untuk pembangunan ini. Selain itu akan ada banyak madrasah model yang diupgrade menuju MBI. Setiap lembaganya akan mendapat anggaran Rp 5 miliar untuk membangun mahad (asrama/pondok).
Dari data yang dihimpun KORAN PENDIDIKAN, ke 12 provinsi tersebut meliputi Dumai (Riau), Batam (Kepulauan Riau), Musi Banyu Asin (Sumatera Selatan), Maros (Sulawesi Selatan), Pekalongan (Jawa Tengah), Indramayu (Jawa Barat), Palu (Sulawesi Tengah), Tanah Laut (Kalimantan Selatan), Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), Pasuruan (Jawa Timur) dan Padang Pariaman (Sumatera Barat).

Sementara beberapa dari madrasah yang diupgrade adalah MAN 4 Pondok Pinang Jakarta, MAN 3 Yohyakarta, MAN 3 Malang, MAN 1 Semarang, dan lainnya. Madrasah ini memang sudah didesain menjadi model madrasah yang memiliki kualifikasi mutu, kualifikasi proses, kualifikasi sarana dan prasana, serta sumber daya yang layak dan siap untuk menjadi MBI.
Program MBI, seperti dijelaskan oleh Mahsusi MM, Kasubdit Kurikulum dan Evaluasi Direktorat Pendidikan Madrasah Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, merupakan rintisan yang menggunakan sistem pendidikan yang terpadu dengan pondok pesantren (mahad). Harapannya MBI dapat menjadi pusat keunggulan pendidikan Islam di masa mendatang.
“MBI adalah madrasah yang memenuhi delapan komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan memiliki keunggulan pelayanan dan lulusan yang diakui secara internasional. Kementerian Agama juga akan menyediakan tenaga guru dengan kualitas terbaik dalam rangka mengembangkan jati diri siswa,” jelas Mahsusi.
Menarik untuk dicermati dari program MBI ini adalah keberadaan mahad sebagai bagian yang terintegrasi dari proses pembelajaran. Oleh Kepala MAN 3 Malang, Drs H Imam Sujarwo MPd, ditegaskan bila pada akhirnya MBI nanti memadukan model pendidikan pondok pesantren dimana proses pembelajaran terintegrasi antara di madrasah dan di mahad.
“Nantinya seluruh siswa di MBI akan menjalani proses pembelajaran 24 jam sehari selama tiga tahun. Didalamnya, selain belajar kurikulum di madrasah, juga dibekali kegiatan yang berorientasi pada pembentukan sikap, moral, mental, perilaku, dan skill. Jadi ada pembelajaran yang menyeluruh dan lengkap antara ilmu pengetahuan, agama, dan sipritualitas,” tegas Imam Sujarwo.
Kahadiran mahad bahkan oleh pengelola sekolah juga dianggap sebagai keunggulan MBI. Kepala SMAN 1 Malang, Drs H Muhammad Sulthon MPd memberi apresiasi terhadap keberadaan mahad ini. Menurut kepala pada sekolah yang tengah merintis sebagai sekolah internasional (RSBI) ini, bila dikelola dengan konsep yang bagus, kehadiran mahad pada akhirnya akan membuat pendidikan di MBI makin unggul.
“Akan ada lebih banyak ruang dan waktu untuk mendesain kurikulum pembelajaran terpadu. Bukan saja pada penguasaan keilmuan sesuai kurikulum namun pada materi atau kegiatan lain yang menunjang softskill anak didik,” tegas Sulthon
Keunggulan mahad yang terintegrasi sistem pendidikan ini, dinilai Sulthon, akan menjadi model pendidikan ideal di masa depan. Pasalnya anak didik akan mendapat perhatian lebih dari sisi penguasaan ilmu, pengetahuan, dan keterampilan. Hal inilah amat dibutuhkan oleh orang tua terhadap pendidikan anaknya, terlebih pada orang tua yang merasa kurang memiliki cukup tanggung jawab terhadap pendidikan anak.
Meski ada dukungan anggaran yang besar dari Kementerian Agama dalam mewujudkan program MBI, Kantor Kementerian Agama Kota Kediri misalnya menegaskan bahwa program MBI tidak mampir (dulu) di wilayahnya. Mereka belum siap untuk menjadi MBI, baik dalam bentuk pembangunan MBI baru atau langkah upgrade pada madrasah yang sebelumnya dikembangkan sebagai madrasah model.
“Faktor SDM madrasah yang juga menjadi kendala besar. Menurutnya, kalaupun dibangun MBI baru, guru di Kota Kediri dinilai tidak siap dengan pola pembelajaran internasional. Masih dibutuhkan waktu untuk mengupgrade kemampuan,” jelas Dra Hj Titik Rahmawati MM, Kasi Mapenda. .rer,her,mas-KP

0 komentar: